KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karna berkat rahmat, hidayah, dan
karunianya penulis berhasil menyelesaikan tugas makalah “Perkembangan dan Bimbingan Peserta Didik”.
Makalah
ini penulis buat mengenai “Pengaruh Orang tua terhadap Perkembangan Peserta Didik”.
Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih atas segala dukungan, bantuan,
dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses study dan juga selama
penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak.
Cirebon, Desember 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata Pengantar ....................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................. 2
C. Maksud dan Tujuan .............................................................. 2
D. Manfaat ................................................................................. 2
BAB
II ANALISIS/PEMBAHASAN
A. Peran
Orang tua Dalam Peserta Didik ................................... 3
B. Bimbingan
Orang tua Terhadap Peserta Didik....................... 5
C. Pengaruh
Bimbingan Terhadap Peserta Didik ....................... 6
D. Pentingnya
Peran Lingkungan Keluarga................................. 7
E. Pengaruh
Lingkungan Keluarga ............................................. 8
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 11
B. Saran...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Orang tua
adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Hal itu
dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan anaknya, paling
dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan waktu untuk anak
terutama ketika ia masih kecil. Tidak sulit dipahami bila orang tua memiliki
pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya.
Peluang besar mempengaruhi anak seperti di atas
perlu dimanfaatkan oleh setiap orang tua secara maksimal. Ia harus menciptakan
kondisi yang kondusif agar semua potensi anak dapat berkembang optimal. Bila
orang tua tidak mendidik anaknya atau melaksanakan pendidikan anak tidak dengan
sungguh-sungguh, maka akibatnya anak tidak akan berkembang sesuai dengan
harapan. Bahkan, potensi anak yang paling asasi (fitrah diniyah) dapat
bergeser. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadisnya:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تُنْتَجُ
الْبَهِيْمَةَ ، هَلْ تَرَى فِيْهَا جَدْعَاءَ
Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam).
Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani,
atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat
kekurangan padanya? (HR Bukhari dari Abu
Hurairah).
Dalam kenyataannya, masih banyak komponen
lingkungan yang dapat mempengaruhinya. Disebut kedua orang tua untuk mewakili
lingkungan dapat dipahami karena dominasi peran dan pengaruh orang tua terhadap
perkembangan anak.
Dalam hadis di atas berarti kedua orang tua
mengajar dan menggiringnya menjadi orang Yahudi. Kata-kata “yunaşşirānih”
berarti bahwa kedua orang tua pula yang mengajar dan menggiring anak menjadi
Nasrani (Al-Asqalani, 1993: 619). Dengan demikian, terlihatlah betapa
pentingnya peran keluarga atau orang tua dalam perkembangan anak. Orang tua
harus melaksanakan proses pendidikan terhadap anak-anak dan begitu juga anggota
keluarga yang lain. Pendidikan yang dilaksanakan harus sesuai dengan tuntunan
ajaran Islam, yang disebut pendidikan Islam. Menurut Al-Djamaly, “Pendidikan
Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan
yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah)
dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar) (Al-Jamaly, 1996: 17).
Selain orang tua, anggota keluarga yang tinggal
setempat dengan seseorang juga mempunyai pengaruh yang besar. Mereka itu adalah
suami/istri, saudara, nenek, kakek, paman, dan bibi. Besar atau kecilnya
pengaruh masing-masing tergantung kepada kadar komunikasi dan kualitas pengaruh
yang diberikan kepada peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
bimbingan orang tua terhadap peserta didik ?
2. Bagaimana peran orang tua terhadap perkembangan
peserta didik ?
C. Maksud dan Tujuan
Maksud penulis membuat makalah ini yaitu
untuk menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Perkembangan & Bimbingan Peserta Didik. Adapun tujuan
penulis yaitu :
1. Siswa dapat mengetahui pengaruh orang
tua terhadap pesdik.
2. Siswa dapat memahami peranan orang tua terhadap pesdik.
3. Siswa bisa menjelaskan bagaimana bimbingan orangtua dalam
pesdik.
D. Manfaat
1.
Sebagai wacana bagi pelajar maupun pembaca.
2. Sebagai wacana
awal bagi makalah-makalah selanjutnya.
3. Sebagai pedoman atau bahan pembelajaran bagi siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Peran
Orang tua Dalam Peserta Didik
Dunia
pendidikan tak luput dari paradoks, yang berarti pujian semu. Kata paradoks
berasal dari kata Bahasa Yunani paradoxon; para berarti semu dan doxon
atau doxa berarti pujian, kemuliaan. Pendidikan dipuja-puji
sebagai solusi terhadap masalah kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan,
diskriminasi, ketidakadilan, perkosaan terhadap martabat manusia,
kesewenang-wenangan, kebohongan, dan konflik sosial. Pendidikan pun seringkali
diharapkan dapat bemilai sebagai proses 'pembelajaran'sekaligus sebagai 'pemberdayaan'
kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta didiknya.
Namun pada
kenyataannya yang sampai kini terjadi adalah proses pendidikan di negeri ini
seringkali justru menjadi sebuah beban bagi peserta didiknya selain melalui
muatan-muatan kurikulumnya. Juga melalui pendekatannya yang cenderung bersifat
satu arah dan mengutamakan adanya 'pemaksaan' keyakinan.
Melalui
proses pendidikan seringkali peserta didik dijadikan obyek dari sebuah proses
tranfer pengetahuan dengan menghafal muatan-muatan pelajaran yang sangat padat.
Pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan pun lebih menempatkan guru
sebagai obyek dan peserta didik sebagai obyek. Pun proses yang terjadi
seringkali tidak memungkinkan adanya komunikasi dua arah yang sebenamya antara
guru dan peserta didiknya.
Tentu ada
banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah pendidikan. Dan salah satu
kunci dalam pendidikan ialah peranan orang tua. Sebenarnya kalau kita melihat
keterlibatan orang tua sampai saat ini masih sangat kurang. Terutama orang tua
yang di kota, yang sibuk dengan aktivitas di kantor. Sehingga terlihat sekali
bahwa anak tersebut seolah-olah itu semua tanggung jawab guru.
Padahal
orang tua juga harus terlibat di dalam hal itu. Karena anak tersebut tidak
hanya bisa dikreatifkan selama di sekolah saja. Anak tidak akan bisa kreatif
kalau tidak ada pantauan secara langsung dari orang tuanya.
Keterkaitan
orang tua dalam hal ini sangat penting. Apalagi kalau dilihat dalam proses
belajar mengajar. Ada pekerjaan rumah yang tidak bisa dijawab, harusnya orang
tua juga kreatif mencari dari buku yang lain. Atau membimbing anak mencarikan
hal- hal yang lain sehingga dia merasa bahwa orang tuanya tidak sekadar
memberikan uang jajan atau menyekolahkan dia. Tetapi juga ikut meningkatkan
kreativitas atau meningkatkan pendidikan.
Dengan kata
lain, dalam penggunaan pendidikan maka semua pihak terlibat. Dan oleh
karenanya, baik guru, siswa, maupun orang tua mesti kreatif.
Selama ini sebagian orang berpikir bahwa pendidikan itu hanya merupakan
tanggung jawab sekolah. Oleh sebab itu, ketika orang tua memasukan anaknya ke
sekolah, mereka seolah-olah berpikir bahwa masalah telah selesai. Padahal
mereka lupa bahwa orang tua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
keberhasilan pendidikan itu sendiri.
Dalam
Undang-Undang Nomor: 23 TAHUN 2002 tentang: Perlindungan Anak Bab IV tentang
Kewajiban dan Tangung Jawab, khususnya bagian keempat tentang kewajiban dan
Tanggung Jawab Keluarga dan Orang Tua, pada pasal Pasal 26 disebutkan bahwa
Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; dan
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; dan
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
Dari sini nampak bahwa negara memberi peran kepada orang tua agar
sungguh -sungguh menunjukan perhatian kepada anak, termasuk dalam masalah
pendidikan. Olehnya, jika orang tua mengabaikan hal tersebut, maka mereka dapat
dikenakan sanksi dan hukuman sesuai peraturan yang berlaku.
Beberapa
peneliti mencatat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah
berpengaruh positif pada hal-hal berikut yakni;
(l) Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri.
(2) Meningkatkan capaian prestasi akademik,
(3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak,
(4) Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah, dan
(6) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.
(l) Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri.
(2) Meningkatkan capaian prestasi akademik,
(3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak,
(4) Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah, dan
(6) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.
Pada sisi
lain, untuk mendorong keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak, maka pihak
sekolah dapat menyiapkan beberapa metoda untuk dapat melibatkan orang tua pada
pendidikan anak. Diantaranya dengan: acara pertemuan guru-orang tua, komunikasi
tertulis guru-orang tua, meminta orang tua memeriksa dan menandatangani PR,
mendukung tumbuhnya forum orang tua murid yang aktif diikuti para orang tua.
Selain itu kegiatan rumah yang melibatkan orang tua dengan anak
dikombinasikan dengan kunjungan guru ke rumah. Terus membuka hubungan
komunikasi (telepon, sms, e-mail, portal interaktif dll) serta dorongan agar
orang tua aktif berkomunikasi dengan anak.
Selain itu, di antara teori pendidikan menyebutkan sebuah paradigma
tripartite (tiga pusat pendidikan), yang menempatkan sekolah, keluarga dan
masyarakat sebagai tiga elemen yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan.Dari
ketiga elemen tripartite itu, keluarga merupakan fokus utama yang harus
mendapat perhatian lebih, karena anak lebih banyak berada di rumah.
Pendidikan
anak pada hakikatnya adalah tanggung jawab para orang tua. Oleh karena itu
keterlibatan orang tua dalam mendukung sukses anak menuntut ilmu di sekolah
merupakan kewajiban. Untuk menjadi pendidik yang baik, orang tua mesti
menghiasi dirinya dengan keteladanan. Sebagai contoh dapat diingat semboyan;
tut wuri handayani.
Peran penting orang tua adalah membangun dan menyempurnakan kepribadian
dan moral anak. Untuk itu perlu sikap-sikap orang tua sebagai pendidik yang
sabar, lembut, dan kasih sayang. Dengan berbuat demikian, diharapkan akan
tampil anak - anak yang cerdas dan berkualitas baik secara jasmaniah maupun
rohaniah.
Agar semua
ideal tersebut dapat terwujud, maka peran orang tua mesti ditampilkan secara
optimal. Orang tua mesti membangun kerjasama dengan pihak sekolah, demikian
sebaliknya, sehingga dari kerjasama tersebut anak mendapat ruang yang cukup
luas untuk mengembangkan dirinya.
B. Bimbingan Orang tua Terhadap Prestasi
Pesdik
Sejak zaman
dahulu, orang tua mengharapkan seorang anak yang sukses. Banyak cara yang dapat
ditempuh untuk menccapai tujuan tersebut. Namun, dalam menjalankanya ada yang berhasil
ada juga yang tidak.
Bimbingan
adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Bimbingan sebenarnya harus dilakukan oleh anggota keluarga atu orang tua,
karena orang tua adalah lingkungan hidup pertama yang mempengaruhi jalan hidup
anak. Keluarga adalah lingkungan social terkecil tetapi peranannya sangat
besar.
Dalam
mendapatkan sebuah prestasi kegiatan yang wajib dilaksanakan anak adalah
belajahar. Dalam hal ini orang tua sangat berperan penting, karena orang tua
mempunyai tanggung jawab untuk memotivasi anak dalam belajar serta
membimbingnya. Dalam hal tersebut maka akan menjadikan anak untuk memperhatikan
apa yang harus dikerjakannya. Karena orang tuanya selalu memperhatikan apa yang
harus dipelajarinya.
Dalam kegiatan
tersebut orang tua harus mengetahui pertumbuhan anak. Dengan tersebut, maka
orang tua akan mudah mengetahui tingkatan yang harus dipelajari anak. Selain
itu kita harus mampu membuat kenyamanan dalam proses belajar.
Bimbingan
orang tua dirumah mutlak diperlukan, karena dengan bimbingan tersebut orang tua
dapat mengetahui segala kekurangan dan kedulitan yang dihadapi anak. Seperti
yang telah dijelaskan bahwa orang tua mempunyai peranan besar, yaitu mendidik,
membimbing, menyediakan sarana dan prasarana belajar serta memberikan tauladan
yang baik kepada anak-anaknya.
Bimbingan
orang tua juga sangat berperan penting untuk mengikatkan motivasi belajar.
Dengan motovasi tersebut maka seorang anak dapat menunjukkan bakat serta ikut
berpartisipasi dalam pendidikan.
Bimbingan
yang harus dilakukan oleh orang tua adalah harus mengarah pada kedisiplinan
dalam belajar. Motivasi yang ditanamkan harus kuat serta hanya untuk bertujuan
mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta jika ikatan emosional
anak dan orang tua menyatu. Suasana yang aman ini akan membuat anak
mengembangkan dirinya untuk menuju masa depan yang berprestasi.
Dalam
membimbing dan mendidik anak orang tua tidak boleh memastikan keberhasilannya,
karena hal itu dapat menjadikan anak tidak berhasil. Namun, apabila orang tua
mendidiknya dengan kasih sayang, perhatian, dan membolehkan kegagalan malah
dapat menjadikan keberhasilan anak. Karena pada dasarnya jika seorang anak
dipaksa maka anak itu akan memberikan penolakan, rasa marah, dan benci.
Selain itu
jika seorang anaki diperlakukan dengan sikap orang tua yang tidak berlebihan
dalam memberikan perhatian, maupun aturan, maka akan membuat anak merasa
dirinya dipercaya dan dihargai serta tidak tertekan dan akan mempunyai rasa
tanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan tugasnya khususnya belajar.
Orang tua
memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan
pola tersebut pasti berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.
Pola dan cara tersebut merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua
dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
pembimbingan.
Adapun
hal-hal yang diberikan orang tua dalam membimbing anak adalah
1.
memberikan
perhatian,
2.
peraturan,
3.
disiplin,
4.
hadiah dan
hukuman,
5.
serta
tanggapan terhadap anaknya.
Dengan hal-hal tersebut maka akan
diharapkan semangat belajar anak naik dan menjadikan prestasi yang unggul.
C. Pengaruh Bimbingan Orang tua Terhadap
Prestasi Belajar Pesdik
Prestasi
belajar merupakan tingkat kemampuan siswa yang dimilikinya dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar.
Prestasi seseorang sesuai dengan tingkat kesungguhan dan keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi.
Untuk
menjadikan prestasi belajar baik, maka wajib untuk seorang siswa belajar.
Belajar adalah berusaha, berlatih untuk mendapatkan suatu kepandaian. Untuk
menjadikan motivasi belajar siswa tinggi diperlukan bimbingan dari orang tua,
karena dengan perhatian orang tua terhadap pribadi anak akan memperkecil
kegagalan. Penelitian membuktikan bahwa keberhasilan seorang anak karena rajin
belajar. Dan untuk menumbuhkan semangat belajar , orang tua dapat memberikannya
bimbingan sehingga menjadikan anak lebih semangat atau rajin belajar.
Dalam
membimbing, orang tua harus mampu menerapkan prinsip pendidikan yaitu :
1. Apabila anak siap mental dan
fisik
2. Apabila cukup padanya minat untuk
belajar
3. Apabila dilakukannya sesuatu yang
akan dipelajarinya
4. Apabila ia ikut aktif dalam
pengalaman belajar
Menurut
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bloom adalah bahwa seorang anak yang
berprestasi dan sukses karena dididik oleh orang tuanya dengan penuh perhatian
dan didampingi oleh pelatih atau pembimbing yang professional.
Selain itu
untuk menjadikan prestasi anak lebih tinggi orang tua dapat memberikan pujian
dengan ucapan selamat atas prestasi mereka. Sikap orang tua tersebut dapat
memberikan efek psikologis bahwa anak merasa dihargai eksistensinya dan
menjadikan mereka lebih termotivasi untuk berprerstasi lebih baik.
Bimbingan
orang tua memang sangat berpengaruh terhadap prestasi anak, karena dengan
bimbingan orang tua siswa atau anak dapat mengetahui tentang cara-cara dalam
belajar serta dapat meningkatkan semangat belajar anak yang akan menjadikannya
keberhasilan dan kesuksesan. Selain itu seorang anak tidak akan merasa jenuh
dalam belajar karena orang tua selalu mendampinginya dan memperhatikannya.
D. Pentingynya Peran Lingkungan Keluarga
Dalam Peserta Didik
Sejak lama, keluarga sudah dikenal sebagai
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.Predikat ini mengindikasikan bahwa
betapa pentingnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam pembentukan perilaku
dan kepribadian anak.
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga sebenarnya bukan
merupakan sesuatu yang istimewa. Pandangan seperti ini sangat logis dan mudah
dipahami Karena beberapa alasan berikut ini:
Pertama, keluarga lajimnya merupakan pihak
yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada anak.Begitu anak lahir,
lazimnya pihak keluargalah yang langsung menyambut dan memberikan layanan
interaktif kepada anak. Hal ini diwujudkan dalam
bentuk perilaku menyusui, menyayangi,melindungi dan berbagai bentuk lainnya.
Kedua, sebagaian besar waktu anak
lajimnya dihabiskan di lingkungan keluarga.Kalau disekolah anak menghabiskan
waktu sekitar 5-6 jam, maka di rumah anak bisa menghabiskan waktu sekitar dua
kali lipat atau lebih dari itu. Besarnya peluang dan
kesempatan interaksi ini akan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
anak.
Ketiga, karakteristik hubungan orangtua-anak berbeda
dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya (guru, teman, dan sebagainya).
Kepada orangtua, disamping anak memiliki ketergantungan secara materi, ia juga
memiliki ikatan psikologis tertentu sejak dalam kandungan sudah dibangun
melalui jalinan kasih sayang dan pengaruh-pengaruh normative tertentu. Kualitas
hubungan psikologis ini tidak dimiliki anak dalam berhubungan dengan orang
lain, termasuk dengan guru di sekolah.
Keempat, interaksi kehidupan orangtua-anak di rumah
bersifat “asli”, seadanya dan tidak dibuat-buat. Contohnya disaat di dalam
kelas, sangat mungkin bagi seorang guru untuk berbicara yang baik-baik karena
terikat oleh posisinya sebagai pendidik.Tapi disaat di rumah, semua hal yang
mengikat dan bersifat formalitas seperti itu tidak ada lagi.Perilaku yang
ditampilkan adalah perilaku yang wajar dan tidak di buat-buat. Perilaku
orangtua “asli” inilah cenderung akan menjadi “nasihat” paling bermakna bagi
anak daripada nasihat kata-kata dan bentuk-bentuk nasihat formal lainnya.
Dalam
prakteknya, bagaimanapun pengaruh keluarga itu akan bervariasi. Hal itu
tergantung kepada bentuk, kualitas, dan intensitas perlakuan yang terjadi,
disamping tergantung pula kepada kondisi anak sendiri.Walaupun ada semacam
prinsip-prinsip umum yang dapat dijadikan bahan rujukan oleh orangtua dalam
memperlakukan anak, unsur keunikan anak tetap merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan.
E. Pengaruh Lingkungan Keluarga Dalam Peserta
Didik
Tampaknya sangat sulit untuk memilah-milah
perilaku-perilaku apa yang secara khusus dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
dan perilaku-perilaku apa yang dipengaruhi oleh lingkungan-lingkungan lainnya.
Secara teoritis, kita bisa saja merumuskan formulasi matematis untuk menghitung
bobot pengaruh dari setiap lingkungan tersebut. Namun secara praktis, kita akan
sangat sulit untuk mencari angka-angka nyata yang diperlukan untuk mengisi
formulasi matematis tersebut.
Namun demikian, bila dilihat dari proses dan
materi interaksi yang terjadi pada masing-masing lingkungan, secara logis dapat
diperkirakan perilaku-perilaku apa yang terutama dipengaruhi oleh pengaruh
lingkungan tertentu. Dalam hal perkembangan kognisi anak, misalnya, lingkungan
sekolah akan cenderung lebih banyak memberikan pengaruh langsung daripada
lingkungan keluarga. Peran keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan
baik dalam penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang
kondusif.Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan,
penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan keluarga bisa
memberikan pengaruh yang sangat dominan.Disini lingkungan keluarga dapat
memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung.Berkenaan dengan pengembangan
dengan pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat berfungsi
langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan aspek-aspek
perilaku tersebut. Karena itu tdaklah mengherankan kalau undang-undang system
pendidikan Nasional No.2/1989 menyatakan secara jelas bahwa keluarga merupakan
bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai-nilai moral, dan keterampilan.
Selanjutnya , Radin (Seifert & Hoffnung,
1991) menjelaskan enam kemungkinan cara yang dilakukan orangtua dalam
mempengaruhi anak, yakni sebagai berikut ini:
1. Pemodelan
perilaku (modeling of behaviors)
Baik
disengaja atau tidak orangtua dengan sendirinya akan menjadi model bagi
anaknya. Cara dan gaya orangtua berperilaku akan menjadi sumber objek imitasi
bagi anak. Tidak hanya yang baik-baik saja yang diterma oleh anak, tapi
sifat-sifat yang jeleknya pun akan dilihat pula. Jika orangtua biasa
berperilaku kasar dalam berinteraksi di lingkungan rumahnya (berbicara kasar,
marah-marah secara berlebihan, menggunakan hukuman fisik, dan sejenisnya), maka
kecenderungan anak-anaknya untuk akan berperilaku dan bertutur kata lemah
lembut hingga hamper tidak pernah ada marah-marah dan kekerasan, maka
anak-anaknya juga akan kecenderungan berperilaku demikan.
2. Memberikan
ganjaran dan hukuman (giving rewards and punishments).
Orangtua mempengaruhi anaknya dengan cara memberi ganjaran terhadap
perilaku tertentu yang dilakukan oleh anaknya dan member hukuman terhadap
beberapa perilaku lainnya. Seorang anak yang mendapat ranking satu, misalnya,
mendapat pujian dari orangtuanya; sementara anak yang tidak pernah belajar
mendapat teguran dari orangtuanya.
3. Perintah langsung (direct
instruction).
Kadang-kadang orangtua secara sederhana mengatakan kepada anak seperti
berikut : “jangan malas belajar!”, cepat mandi, nanti sekolahnya kesiangan!”.
Dari perintah-perintah seperti ini, anak sering mengambil pelajaran tertentu
sehingga bisa lebih memahami harapan-harapan dan keinginan-keinginan
orangtuanya.
4. Menyatakan
peraturan-peraturan (stating rules)
Secara
berulang-ulang orangtua sering menyatakan peraturan-peraturan umum yang berlaku
dirumah, meskipun hal itu sering dinyatakan secara tidak tertulis. Sebagai
misal, orangtua berkata : “kalau sudah dari kamar kecil tutup pintunya dan
matikan listriknya”. Dengan cara ini, anak didorong umtuk , melihat perilakunya
apakah sudah benar atau belum melalui perbandingan dengan peraturan-peraturan
tersebut.
5. Nalar (reasoning).
Pada saat-saat menjengkelkan, orangtua bisa mempertanyakan kapasitas anak
untuk bernalar, dan cara itu digunakan orangtua untuk mempengaruhi anaknya.
Sebagai contoh, orangtua bisa mengingatkan anaknya tentang kesenjangan perilaku
dengan nilai-nilai yang dianut melalui pertanyaan berikut: “apakah memukul
teman itu merupakan pekerjaan yang baik?”. Atau orangtua bisa mendefinisikan
dan memberikan label terhadap aktivitas-aktivitas anak dalam cara-cara yang
dianggap mempengaruhi perilakunya, seperti : “sekarang rangking kamu jelek
karena kamu malas belajar, dan bukan karena kamu bodoh.”
6. Menyediakan
fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana
Orangtua dapat mempengaruhi perilaku
anak dengan mengontrol fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana.Misalnya,
untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan minat belajar anak, orangtua
membelikan buku-buku yang diminati anak daripada membelikan pistol-pistolan.
Perlu dicatat bahwa enam cara diatas
tidak benar-benar khusus milik orangtua. Guru dan teman-teman anak juga
menggunakan cara-cara tersebut. karena itu bagaimana hubungan orangtua itu
berbeda dari guru dan/atau orang lainnya bukan hanya terletak pada cara
mempengaruhi anak tetapi juga tergantung kepada bagaimana orangtua dan anak
memandang hubungan itu. Disinilah pentingnya ada kesamaan persepsi (shared
perception) antara orangtua dan anak tentang hubungan yang berlangsung.
Sebagai misal, karena begitu sayangnya
terhadap anak, ada orangtua yang berupaya mendidik anaknya dengan sangat ketat
dank keras.Ia tidak mau kalau anaknya nanti menjadi orang yang tidak berhasil
dalam hidupnya. Disaat ditanya mengapa ia memperlakukan anaknya seperti itu, a
menjawab: “karena saya sayang sama anak saya dan saya harus mendidiknya dengan
benar.
Berbeda dengan persepsi orangtuanya di atas,
anaknya malah menilai orangtuanya sebagai orang yang tidak sayang kepadanya.
Lebih parah lagi, ia menilai orangtuanya sebagai orangtua jahat dan berlaku
pilih kasih.
Kualitas
Hubungan orangtua dan anak.
Seiring dengan perubahan-perubahan yang dialami
anak usia SD, pola dan bentuk hubungan orangtua-anak mengalami perubahan.
Perlakuan orangtua lazimnya semakin member kesempatan kepada anak untuk berbuat
secara lebih mandiri.
Di saat anak
masih bayi atau baru bisa berjalan, orangtua (pengasuh) akan selalu
memperhatikan, mengawasi, bahkan mengikiti kemana saja anak pergi. Orangtua
selalu menjaga agar anaknya terhindar dari berbagai kemungkinan yang dapat
membahayakan anaknya.Alat-alat mainan juga selalu dipilihkan oleh
orangtua.Begitu pula orangtua selalu memberikan bantuan langsung dalam hal
makan, berpakaian, termasuk buang air dan sejenisnya. Pendeknya,
dominasi dan bantuan langsung pihak orangtua sangat menonjol pada usia ini.
Pada masa usia kanak-kanak (pendidikan
prasekolah), pengawasan orangtua terhadap anak menjadi lebih berkurang. Kecuali
memainkan benda-benda yang dianggap membahayakan seperti pisau dan gunting,
orangtua biasanya sudah lebih banyak memberikan keleluasaan kepada anak.Dalam
hal makan, misalnya, orangtua hanya membantu disaat anak makan makanan pokok
seperti nasi; sedangkan dalam hal makan makanan ringan, anak sudah dibiarkan
lebih banyak makan sendiri.Dalam hal berpakaian dan buang air besar, masih
banyak orangtua yang memberikan bantuan langsung kepada anak, walaupun beberapa
diantaranya ada juga yang sudah mulai melatih anaknya untuk dapat makan dan
buang air sendiri.Pada masa ini.Intervensi dan bantuan langsung orangtua
mungkin masih banyak dilakukan, meskipun “treatment” dalam bentuk komentar
terhadap perilaku anak juga sudah mulai diterapkan.Pada tahap ini lazimnya
senang bepergian bersama orangtua.Kemana saja orangtua pergi, kecuali ke tempat
kerja, biasanya anak hamper selalu ingin mengikutinya.
Pada saat
anak memasuki SD, berbagai kemampuan dan keterampilan lebih banyak lagi
dikuasai oleh anak.Sekarang, anak lajimnya sudah dapat makan, buang air, dan
berpakaian sendiri. Selain itu, ia juga mulai menampakkan
minat-minat dan acara kegiatannya sendiri yang kadang-kadang tidak terikat lagi
dengan acara orangtua. Sebagai misal, disaat seorang ibu mengajak main anaknya
(berusia sekitar 7 tahun) ke suatu tempat rekreasinya itu kurang menarik bila
dibanding dengan menonton acara kegemarannya di TV, maka ia memilih nonton TV
dirumah daripada ikut ibunya berekreasi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan :
Bimbingan
adalah suatu proses yang digunakan untuk membantu seorang individu untuk
menjadi lebih baik. Dalam melakukan pembimbingan hal-hal yang dilakukan orang
tua adalah
1. Harus disertai kasih sayang
2. Menanamkan sikap disiplin yang
membangun
3. Mengajarkan tentang sesuatu yang
salah dan benar
4. Memperhatikan dan mendengarkan
pendapat anak
5. Membantu mengatasi masalah anak
6. Melatih anak mengenal diri dan
lingkungan
7. Memahami keterbatasan pada anak
Prestasi
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam
melakukan kegiatannya sesuai dengan bobot yang dicapainya dan diukur dengan
evaluasi. Pengaruh antara bimbingan orang tua sangat erat karena pembimbingan
seorang anak merasa diperhatikan dan mengurangi kegagalan. Adapun hal-hal yang
dilakukan orang tua untuk menjadikan anak berprestasi adalah
a. Kedisiplinan
b. Memotivasi belajar
c. Memberi pengarahan, peringatan
dan mengontrol aktivitas anak
d. Memberi dukungan terhadap anak
e. Memberi penghargaan terhadap anak
Pendidikan
merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan pada umumya bertujuan
untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu.
Berbicara masalah pendidikan,
menyangkut pula masalah tentang lingkungan pendidikan, yang dikenal dengan
tripusat pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Dari ketiga lingkungan tersebut, lingkungan keluarga
mempunyai peranan yang paling utama. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam
pendidikan anak, karena dari keluargalah dasar pembentukan tingkah laku, watak,
dan moral anak.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
tidak lepas adanya partisipasi serta bimbingan atau dukungan orang tua. Orang
tua merupakan pendidik utama dan pertama, karena pengaruh dari orang tualah
yang menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Untuk itu
diperlukan usaha yang optimal dalam mencapai tujuan tersebut.
Mendidik anak dengan baik dan benar
berarti mengembangkan kemampuan siswa secara wajar. Potensi jasmani yang harus
dipenuhi adalah sandang, pangan, dan papan. Sedangkan potensi rohaninya adalah
berupa pembinaan intelektual, perasaan, dan budi pekerti.
Tugas utama orang tua adalah
mengasuh, membimbing, memelihara serta mendidik anak untuk menjadi cerdas,
pandai dan berakhla. Selain itu sebagai orang tua harus mampu menyediakan
fasilitas atau keprluan anak dalam pembelajaran untuk mendapatkan sebuah
keberhasilan, misalnya, buku-buku pelajaran.
Namun
sekarang ini banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mendidiknya
membuat seorang anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, dan dan
tidak saying padanya. Perasaan-perasaan itulah yang membuat seorang anak
prestasinya menurun, dan mempengaruhi sikap, perasaan, dan cara berfikir bahkan
kecerdasannya.
B. Saran
Dalam
mendidik peserta didik orang tua harus mempunyai sikap yang sabar sehingga
dapat terwujudnya hasil yang maksimal dan dalam pendidikan yang berhasil bukan
saja karena keaktifan anak sebagai peserta didik, tetapi para pendidik, sarana
prasarana, dukungan pemerintah melalui kebijakan dan peraturan, maupun peran
orang tua merupakan elemen-elemen yang saling menopang dan melengkapi dalam
keberhasilan pendidikan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, Rochmat, dkk. 1998. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jawa Tengah : Dikti
Yusuf, Syamsu LN.2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Hadiyanto.
(2000). Manajemen Peserta Didik.
Padang:UNP PRESS
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta
Tim Pembina.
(2008). Pengantar Pendidikan.
Padang:UNP PRESS
Tim Pembina.
(2007). Perkembangan Peserta Didik.
Padang:UNP PRESS
Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi
Siswa. Jakarta:Grasinda